Meninggalkan atau Ditinggalkan?
Kalau bisa memilih, kalian akan pilih apa? Dan apa alasan kalian memilih itu?
Kalau aku, aku akan memilih ditinggalkan. Walaupun awalnya susah untuk terbiasa dengan keadaan, terlebih terbiasa akan kehadiran dan kebiasaan yang sering dilakukan bersama tetap harus dihadapi kan?
Oh, kenapa aku memilih untuk ditinggalkan adalah karena aku tidak perlu khawatir akan mereka yang sudah meninggalkan aku. Kenapa? Karena aku masih bisa lihat mereka dari belakang dan memastikan mereka baik-baik saja. Karena aku masih bisa melihat punggung mereka menjauh sampai mereka benar-benar menghilang. Karena kalau mereka berbalik kebelakang, aku akan tetap di tempatku yaitu satu langkah di belakang mereka. Karena kalau mereka berbalik ke belakang, aku akan tetap ada untuk mereka. Aku akan tetap di tempatku tetapi dengan versi lebih baik.
Menurutku, refleksi diri kenapa orang bisa meninggalkanku tidak ada salahnya. Kalau memang kesalahannya ada pada diriku, maka hal yang perlu aku lakukan adalah meyakinkan diri sendiri untuk berubah menjadi lebih baik dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Selanjutnya, minta maaf dan berdamai dengan diri sendiri. Karena sangat membuang waktu dan bisa saja melukai orang lain untuk minta maaf tapi belum yakin pada diri sendiri untuk tidak melakukan hal tersebut, kan?
Tapi, apabila mereka hanya ingin meninggalkanku dan tidak mempunyai alasan lain selain pergi, face it. Setiap orang akan datang dan pergi di hidup kita. Aku, kamu, kita, dan juga mereka tidak benar-benar tinggal dan menetap, hanya berjalan beriringan dan selaras. Mau tidak mau, terima tidak terima, pada saat waktunya datang semua harus dihadapi. Kuncinya untuk hal ini adalah ikhlas dan tidak menyalahkan diri sendiri ataupun orang yang yang pergi meninggalkan kita. Saat kita mulai menyalahkan orang lain akan kepergian mereka, maka rasa sakit yang timbul akan semakin besar. If you still blame people and can’t deal with it, suffer then.
Tapi terkadang meninggalkan bukan suatu hal yang buruk juga. Entah itu meninggalkan seseorang atau suatu hal yang tidak baik untuk diri kita, misalnya. Namun kadang orang lupa bahwa saat mereka meninggalkan sesuatu, akan ada babak, fase, dan jalan baru dalam hidupnya dan mereka tidak siap akan hal itu. Untuk hal ini, kunci yang aku pegang masih tetap pada berdamai dengan diri sendiri. Dan, pamit.
Terkadang, karena sibuk berpikiran untuk pergi dan meninggalkan sesuatu, kita lupa untuk berpamitan dengan hal itu. Ketika kita datang dengan salam maka harus diakhiri dengan salam juga, bukan? Mengucapkan salam perpisahan tidak ada salahnya juga. Karena meninggalkan sesuatu, terlebih seseorang, tanpa mengucapkan salam hanya akan membuat semuanya semakin buruk. Meninggalkan banyak pertanyaan kenapa kita pergi sehingga membuat luka di dalam diri seseorang juga hal yang buruk.
Huft, semoga kalian pembaca yang tidak sengaja membaca hal ini bisa mengkap apa yang ada di pikiranku ya! :D
Sekian dari aku, Ade! Selamat bertemu di lain waktu dan lain tulisan.
Surabaya, 20 Mei 2022. 23.38 WIB.
Note : gambar diperoleh dari pinterest.